Implikasi Harkat dan Martabat Manusia (HMM) Terhadap Pendidikan

pendidikan untuk semua

Ini adalah artikel yang dibuat oleh Rodi Hartono seorang Dosen Bahasa Inggris di English Department of Islamic State College (STAIN) Kerinci, Jambi, Indonesia yang menulis tentang Harkat dan Martabat Manusia dan implikasinya terhadap pendidikan. Tulisan ini dibuat saat menjadi mahasiswa dari Program Doktor di Universitas Padang.

HARKAT DAN MARTABAT MANUSIA (HMM) DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN

A. Pendahuluan

Harkat dan Martabat Manuasia membedakan manusia dari makhluk-makhluk lainnya di seluruh alam semesta, dimana Harkat dan Martabat Manusia (HMM) yang mengandung butir-butir bahwa manusia adalah: a) makhluk yang terindah dalam bentuk dan pencitraannya; b) makhluk yang tertinggi derajatnya; c) makhluk yang beriman dan bertaqwa kepada Tuahn Yang Maha Kuasa; d) khalifah dimuka bumi; dan e) pemilik Hak-hak Asasi Manusia (HAM)

Pada diri maanusia dapat dilihat adanya lima dimensi kemanusiaan, yaitu : 1) Demensi kefitrahan; 2) Dimensi keindividualan; 3) Dimensi kesosialan; 4) Dimensi kesusilaan; dan 5) Dimensi keberagamaan. Kata kunci untuk dimensi kefitrahan adalah kebenaaran dankeluhuran, dimensi keindividualan adalah potensi dan perbedaan, dimensi kesosialan adalahkomunikasi dan kebersamaan, dimensi kesusilaan adalah nilai dan moral, dan dimensi keberagamaan adalah iman dan taqwa. Kelima dimensi kemanusiaan tersebut merupakan satu kesatuan, saling terkait dan berpengaruh. Pada dasarnya menyatu, berdinamika dan bersinergi sejak awal kejadian individu, sampai akhir kehidupannya. Kelima menuju kepada perkembangan individu menjadi “manusia seutuhnya”

Untuk memungkinkan perkembangan individu ke arah yang dimaksud itu, manusia dikaruniai lima jenis bibit yang dalam hal ini disebut Pancadaya, yaitu: (1) Daya cipta, (2) Daya karsa, (3) Daya rasa, (4) Daya karya, dan (5) Daya taqwa. Pancadaya menjadi sisi hakiki dari keseluruhan dimensi kemanusiaan. Dalam kajian, pancadaya dimanifestasikan sebagai intelegensi rasional, intelegensi social, intelegensi emosional, intelegensi instrumental, dan intelegensi spiritual.

B. HMM dan Implikasinya terhadap Pendidikan

1. Hakikat Manusia

MANUSIA ADALAH MAKHLUK YANG PALING INDAH DAN SEMPURNA DALAM PENCITRAANNYA. Citra kesempurnaan dan keindahan manusia diwujudkan melalui penampilan budaya dan peradaban yang terus berkembang. Kebudayaan itu adalah ciptaan manusia dan syarat bagi kehidupan manusia. Manusia menciptakan kebudayaa dan kebudayaan itu sendiri menjadikan manusia makhluk yang berbudaya. Manusia juga disebut dengan makhluk yang memiliki peradaban (Civil Society). Melalui peradaban ini manusia dapat mengembnagkan pola pikir, berbuat dan bertindak serta merasakan yang merupakan cerminan dari kebudayaannya.

MANUSIA ADALAH MAKHLUK YANG PALING TINGGI DERAJATNYA. Manusia memiliki jiwa dan raga. Raga manusia termasuk kedalam derajat terendah, sementara ruh manusia termasuk ke dalam derajat tertinggi. Hikmah yang terkandung dalam hal ini ialah bahwa manusia mesti mengemban beban amanat pengetahuan tentang Allah. Karena itu mereka harus mempunyai kekuatan dalam kedua dunia ini untuk mencapai kesempurnaan. Sebab tidak sesuatupun di dunia ini yang memiliki kekuatan yang mampu mengemban beban amanat. Manusia mempunyai kekuatan ini melalui esensi sifat-sifatnya (sifat-sifat ruhnya), bukan melalui raganya.

Karena ruh manusia berkaitan dengan derajat tertinggi dari yang tinggi, tidak satupun di dunia ruh yang menyamai kekuatannya, entah itu malaikat maupun setan sekalipun atau segala sesuatu lainnya. Demikian pula, jiwa manusia berkaitan dengan derajat yang paling rendah, sehingga tidak sesuatupun di dunia jiwa bisa mempunyai kekuatannya, entah itu hewan dan binatang buas atau yang lainnya. Ketika mengaduk dan mengolah tanah, semua sifat hewan dan binatang buas, semua sifat setan, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda mati diaktualisasikan. Hanya saja, tanah itu dipilih untuk mengejawantahkan sifat “dua tangan-Ku”. Karena masing-masing sifat tercela ini hanyalah sekedar kulit luarnya saja, di dalam setiap sifat itu ada mutiara dan permata berupa sifat Ilahi.

MANUSIA ADALAH KHALIFAH DIMUKA BUMI. manusia sebagai makhluk yang sangat lemah, disisi lain dinobatkan sebagai “khalifah” (wakil Allah). Bertugas mengatur alam semesta dan merupakan wakil Allah untuk menjadi saksi-Nya serta mengungkapkan rahasia-rahasia firman-Nya. Para mahkluk yang lain tidak melihat ada dimensi yang tidak bisa dijangkau olehnya, ia hanya mampu melihat pada tingkat yang paling rendah dalam diri manusia.

Dalam dunia pendidikan,manusia telah ditugaskan untuk memakmurkan, mengelola atau mengatur kehidupan dibumi,untuk dimanfaatkan bagi kehidupan,tanpa merusak tatanan dan keharmonisannya. Artinya manusia ditugaskan untuk membimbing generasi kini dan yang akan datang, serta menjalin keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.

MAKHLUK YAG BERIMAN DAN BERTAKWA KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA. Tujuan Pendidikan diarahkan kepada upaya pembentukan sikap takwa. Dengan demikian pendidikanditujukan kepada upaya untuk membimbing dan mengembangkan po­tensi peserta didik secara optimal agar dapat menjadi hamba Allah yang takwa. Di antara ciri mereka yang takwa adalah beriman kepada yang ghaib, mendirikan shalat, menafkahkan sebagian rezekianugerah Allah, beriman kepada al-Quran dan kitab-kitab samawi sebelum al­Quran, serta keyakinan kehidupan akhirat (QS. 2:3).

MANUSIA ADALAH MAKHLUK PEMILIK HAK ASASI MANUSIA (HAM) Manusia dalam menjalani kehidupannya telah dilengkapi dengan hak dasar (HAM) yang dikrarkan untuk dijalankan bagi sesama manusia. Hak dasar ini yang mengatur tata kehidupan manusia, sehingga dalam menjalankan aktifitas kehidupan tidak mengalami benturan dengan aturan yang telah ditetapkan. Aturan tersebut antra lain adalah kebebasan dalam menjalankan/menentukan nasib dalam menjalankan kehidupan. Manusia jug memiliki kebebasan dalam menjalan perintah,dalam hal ini tentu masih dalam bingkai keempat butir harkatdan martabat manusia.(HMM)

2. Dimensi Kemanusiaan

DEMENSI KEFITRAHAN. Berdasarkan dimensi ini, tujuan pendidikan diarahkan kepadapencapaian target yang berkaitan dengan hakikat penciptaan manusia oleh Allah SWT. Dari sudut pandangan ini, maka Pendidikan bertu­juan untuk membimbing perkembangan peserta didik secara optimal agar menjadi pengabdi kepada Allah yang setia (QS.51:56). Berangkat dari tujuan ini, maka aktivitas pendidikan diarahkan kepada upaya mem­bimbing manusia agar dapat menempatkan diri dan berperan sebagai individu yang taat dalam menjalankan ajaran agama Allah. Jadi dimensi ini diarahkan pada pembentukan pribadi yang bersikap taat asas ter­hadap pengabdian kepada Allah. Mengacu kepada tujuan tersebut, pendidikan dipandang seba­gai upaya untuk menempatkan manusia pada statusnya sebagai makh­luk yang diciptakan.

DIMENSI KEINDIVIDUALAN. Manusia merupakan makhluk ciptaan yang unik. Secara umummanusia memiliki sejumlah persamaan. Namun di balik itu sebagai indi­vidu, manusia juga memiliki berbagai perbedaan antara individu yang satu dengan yang lainnya. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia sebagai individu secara fitrah memiliki perbedaan. Selain itu perbedaan tersebut juga terdapat pada kadar kemampuan yang dimiliki masing-masing individu. Jadi secara fitrah, manusia memiliki perbedaan individu (individual differencies) yang memang unik. Sehubungan dengan kondisi itu, maka tujuan pendidikan diarahkan pada usaha membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal, dengan tidak mengabaikan adanya faktor perbedaan individu, serta menyesuaikan pengembangannya de­ngan kadar kemampuan dari potensi yang dimiliki masing-masing. Dimensi individu dititikberatkan pada bimbingan dan pengembang­an potensi fitrah manusia dalam statusnya sebagai insan. Dalam konteks al-Insan, manusia adalah makhluk yang eksploratif (dapat mengem­bangkan diri). Tetapi dalam kaitan dengan adanya perbedaan individu,pengembangan diri manusia adalah dalam kapasitasnya sebagai individu. Dengan demikian menurut dimensi ini, usaha pendidikan ditekankan pada pembentukan insan kamil (individu manusia paripurna), sesuai dengan kadar yang dimiliki masing-masing individu.Manusia sebagai individu memiliki potensi fisik, mental, dan spiri­tual. Pendidikan dalam kaitan ini, digambarkan sebagai upaya untuk mengembangkan potensi fisik, mental, dan spiritual sesuai dengan kadar kemampuan setiap individu secara utuh, berimbang dan optimal. Tujuanpendidikan dalam hal ini diarahkan pada pencapaian target per­kembangan maksimal dari ketiga potensi tersebut, dengan memperha­tikan kepentingan faktor perbedaan individu.Sejalan dengan adanya perbedaan individu tersebut, maka selain adanya faktor kadar kemampuan yang berbeda, pada diri peserta didik­pun terdapat irama perkembangan yang berbeda pula. Oleh karena itu dalam kaitan dengan dimensi segala faktor yang menyangkut perbedaan ini perlu diperhatikan, antara lain tahap perkembangan, yang tidak sama pada setiap individu. Dengan demikian dalam memberikan pendidikan kepada peserta didik, perlakuan terhadap setiap individu harus pula didasarkan atas per­timbangan perbedaan ini.

DIMENSI KESOSIALAN Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang memiliki dorong­an untuk hidup berkelompok secara bersama-sama. Oleh karena itu dimensi sosial mengacu kepada kepentingan sebagai makhluk sosial, yang didasarkan pada pemahaman bahwa manusia hidup bermasyarakat. Dalam hidup bermasyarakat, manusia mengenal sejumlah lingkungan sosial, dari bentuk satuan yang terkecil hingga yang paling kompleks, yaitu rumah tangga hingga ke lingkungan yang paling luas seperti negara. Sejalan dengan hal itu, maka tujuan pendidikan diarahkan kepada pem­bentukan manusia yang memiliki kesadaran akan kewajiban, hak dan tanggung jawab sosial, serta sikap toleran, agar keharmonisan hubunganantar sesama manusia dapat berjalan dengan harmonis. Pendidikan dalam konteks ini adalah merupakan usaha untuk mem­bimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal agar mereka dapat berperan serasi dengan tuntutan dan kebutuhan ma­syarakat lingkungannya. Dengan kemampuan berperan atas dasar peme­nuhan kewajiban dan tanggung jawab ini, serta penghargaan terhadap hak-hak asasi yang dimiliki, maka diharapkan peserta didik nantinya akan dapat ikut menciptakan keharmonisan dan kedamaian hidup dalam masyarakat, bangsa, maupun antar sesama manusia secara global.Dalam kaitan dengan kehidupan bermasyarakat tujuan pendidikan diarahkan pada pembentukan manusia sosial yang memiliki sifat takwa sebagai dasar sikap dan perilaku. Kehidupan bermasyarakat merupakan kenyataan yang tak dapat dihindarkan, karena manusia adalah makhluk sosial sejalan dengan konsep al Nas. Walaupun demikian kehidupan ber­masyarakat tidak seharusnya meleburkan kodrat individu demi kepen­tingan sosial sepenuhnya. Sebagai anggota masyarakat manusia perlu pula menyadari eksistensinya sebagai makhluk individu.

DIMENSI KESUSILAAN. Dalam dimensi ini manusia dipandang sebagai sosok individu yangmemiliki potensi fitriyah. Maksudnya bahwa sejak dilahirkan, pada diri manusia sudah ada sejumlah potensi bawaan yang diperoleh secara fitrah. Menurut M. Quraish Shihab, potensi ini mengacu kepada tiga ke­cenderungan utama, yaitu benar, baik, dan indah. Manusia pada dasarnya cenderung untuk senang dengan yang benar, yang baik, dan yang indah (M. Quraish Shihab, 1996).Atas dasar sudut pandang ini terlihat bahwa manusia pada dasarnya merupakan makhluk yang memiliki nilai-nilai moral (senang dengan yang baik, dan membenci yang buruk). Kecenderungan itu merupakan bawaan, sehingga di mana, dan kapan pun kecenderungan tersebut akan muncul. Manusia terdorong untuk berbuat sesuatu yang baik dan terpuji, sertamenghindar untuk berbuat buruk dan tercela. Namun demikian, oleh karena pengaruh lingkungan terkadang kecenderungan itu sering tidak tampak.Dalam hubungan dengan dimensi moral ini, maka pelaksanaan pen­didikan ditujukan kepada upaya pembentukan manusia sebagai pribadi yang bermoral. Tujuan pendidikan dititikberatkan pada upaya pengenalan terhadap nilai-nilai yang baik dan kemudian menginternalisasikannya, serta mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam sikap dan perilaku me­lalui pembiasaan. Sumber utama dari nilai-nilai moral dimaksud adalah ajaran wahyu.Dimensi moral dinilai berguna dalam pembentukan kepribadian peserta didik. Dengan pendekatan ini, diharapkan kepribadian peserta didik akan selaras dengan fitrahnya. Melalui pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran moral, peserta didik disadarkan akan nilai-nilai asasi kemanusiaan yang dimilikinya, yaitu sebagai makhluk yang bermoral. Makhluk yang dapat membedakan yang baik dari yang buruk, serta mampu untuk mempertahankan nilai-nilai tersebut secara konsisten. Atas dasar prinsip ini, manusia merupakan makhluk yang dalam se­gala bentuk aktivitasnya adalah makhluk yang terikat kepada nilai-nilai moral, yang sumbernya adalah wahyu Ilahi. Kesadaran akan adanya nilai-nilai moral yang wajib dipatuhi dan diterapkan dalam kehidupannya, karena dirinya merupakan sosok pribadi penyandang nilai-nilai itu.

DIMENSI KEBERAGAMAAN. Mengacu kepada dimensi ini, maka tujuan Pendidikan diarahkankepada upaya pembentukan sikap takwa. Dengan demikian pendidikan ditujukan kepada upaya untuk membimbing dan mengembangkan po­tensi peserta didik secara optimal agar dapat menjadi hamba Allah yang takwa. Di antara ciri mereka yang takwa adalah beriman kepada yang ghaib, mendirikan shalat, menafkahkan sebagian rezeki anugerah Allah, beriman kepada al-Quran dan kitab-kitab samawi sebelum al­Quran, serta keyakinan kehidupan akhirat (QS. 2:3).Takwa kemudian secara umum dapat dirumuskan sebagai kemam­puan untuk memelihara diri dari siksaan Allah, yakni dengan cara mema­tuhi dan melaksanakan segala perintah-Nya secara ajeg, lalu diimbangi dengan usaha semaksimal mungkin untuk menjauhkan clan menghin­dari diri dari perbuatan yang melanggar.segala bentuk larangan-Nya. Ketakwaan dikaitkan dengan dimensi tauhid, karena sifat ketakwaan mencerminkan ketauhidan secara menyeluruh, yaitu mematuhi sepe­nuhnya perintah Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa, sejalan dengan pe­rintahnya agar manusia bertakwa (QS.4:131).

3. Pancadaya

DAYA TAQWA merupakan basis dan kekuatan pengeanmbangan yang secara hakiki ada pada diri manusiua untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan dari tuhan Yang Maha Kuasa. Tujuan pendidikan pada pada daya takwa ini adalah dalam upaya pembentukan sikaf takwa. Dengan demikian pendidikan ditujukan pada upaya membimbing danmengembangankan potensi peserta didik secara optimal agar dapat menjadi hamba yang bertakwa kepada Sang Khalik.

DAYA CIPTA berhubungan dengan kemampuan akal,pikiran,kecerdasan dan fungsi otak, yang sering disebut dengan komponen kognitif. Dalam taxonomy Bloom ada enam tingkatan berpikir yang harus dikembangkan untuk membangun proses berpikir yang komprehensif dari tingkatan yang paling rendah sampai pada tingkatan yang paling tinggi, yaitu Knowledge,Understanding,Application,analysis,synthesis, and Evalution

DAYA RASA mengarah pada kekuatan perasaan atau emosi yang sering disebut dengan kmponen afektif. Dalam daya ini peserta didik dibentuk untuk dapat,menerima (Receiving)merespon (responding),menilai atau menghargai (valuing) dalam prose pembelajaran.

DAYA KARSA merupakan kekuatan yang mendorong individu untuk melakukan sesuatu. Dorongan dalam pendidikan yang juga sering disebut dengan motivasi. Motivasi ini bisa saja dari dalam individu( Intrinsict) dan dari luar individu (extrinsict). Kedua motivasi ini akan mempengaruhi peserta didik dalam prose belajar mengajar.

DAYA KARYA mengarah pada ahsil atau produk nyata yang langsung dapat digunakan atau dimanfaatkan oleh dirinya sendiri, orang lain atau lingkungan. Dalam taxonomy pendidikan,daya ini meliputi Imitation, manipulation,precision, and articulation. Dalam taxonomy ini, peserta didik usahakan untuk dapat mendemonstarasikan, memanpulasi proses kegiatan dengan akurat dan effisien terhadap apa yang telah diberikan oleh pendidik.

C. Kesimpulan

Dari uraian tentang Implikasi HMM terhadap Pendidikan, dapat disimpulkan bahwa titik tolak pendidikan itu adalah Harkat dan Martabat Manusia (HMM). Berdasarkan HMM itu ditetapkan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Untuk mencapai tujuan pendidikan dilakukan proses pembelajaran,yang merupakan interaksi antara manusia dengan manuasia (pendidik dan peserta didik). Proses pembelajaran dalam pendidikan ini pada hakikatnya adalah proses pengembangan segenap potensi/dimensi yang ada melalui pancadaya. Pendidikan merupakan wahana bagi pengembangan manusia. Pendidikan menjadi media bagi pemuliaan kemanusiaan manusia yang tercermin dalam HMM dengan dimensi kemanusiaan dan pancadaya serta HMM-nya itu. Pendidikan terjadi di antara manusia oleh manusia dan untuk manusia, serta hanya mungkin terjadi dalam hubungan antarmanusia.

DAFTAR PUSTAKA

  • Hamalik,Oemar.2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan pendekatan sistim.Jakarta Bumi Aksara
  • Kemp.J.E. 1980. Designing Effective Instruction. New York. MacMilan College
  • Manan,Imran,1989.Antropologi Pendidikan:Suatu Pengantar.Jakarta. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
  • Nasution,S. Sosiologi Pendidikan. Jakarta.Bumi Aksara.
  • Pokja Pengembangan Peta Keilmuan Pendidikan, 2005 Peta Keilmuan Pendidikan. Jakarta; Depdiknas.
  • Prayitno, 2005. Sosok Keilmuan Ilmu Pendidikan. Padang: UNP.
  • Prayitno, 2008. Dasar Teori dan Praksis Pendidikan Padang: UNP.

 

Credit: http://rudi-stain-krc.blogspot.co.id/

 

Implikasi HMM Terhadap Pendidikan – Padamu Negeri

Admin Padamu

Mengingat pentingnya pendidikan bagi semua orang, maka Admin Blog Padamu Negeri ingin berbagi pengetahuan dan informasi seputar pendidikan walaupun dengan keterbatasan yang ada.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *