Metode Pengajaran Disiplin Positif

Metode Pengajaran pendekatan Disiplin Positif untuk mengakhiri kekerasan di sekolah. Mitos bahwa hukuman kekerasan memberi dampak positif bagi anak-anak, perlu diakhiri. Hukuman fisik tidak menciptakan anak yang kuat dan pandai, namun mengingkari hak anak-anak untuk mendapatkan pendidikan yang bebas dari kekerasan.

Studi global juga menunjukkan bahwa kekerasan berdampak negatif pada anak-anak, menyebabkan pelajaran mereka terganggu, mereka keluar dari sekolah, mengadopsi perilaku kekerasan dan bahkan mempengaruhi kesehatan mental. Melalui metode pengajaran pendekatan Disiplin Positif, guru mampu menguasai emosinya di kelas, dan berusaha mengajar dengan cara yang tidak menyakiti atau menakutkan siswa-siswanya.

Mengakhiri Kekerasan di Sekolah Lewat Disiplin Positif

Metode pengajaran pendekatan Disiplin Positif memfokuskan pada pemberantasan tindakan kekerasan untuk mendisiplinkan siswa, termasuk lewat hukuman fisik, melalui praktek-praktek yang menguatkan perilaku positif. Untuk menciptakan lingkungan sekolah yang bebas kekerasan, para guru dilarang untuk melakukan kekerasan fisik dan verbal dalam mendisiplinkan siswa mereka, dan dianjurkan untuk mengaplikasikan pendekatan Disiplin Positif.

Untuk itu UNICEF bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk mengakhiri kekerasan di sekolah dengan melaksanakan program pelatihan Metode pengajaran pendekatan Disiplin Positif  yang dimulai akhir tahun 2012 untuk para guru sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Kabupaten Jayapura, Jayawijaya dan Keerom di Papua.

Menurut Multiple Indicator Cluster Survey 2011 di beberapa distrik Papua dan Papua Barat, hukuman emosional dan fisik masih sangat lazim. Lebih dari 60 persen ibu atau pengasuh dilaporkan menggunakan hukuman fisik terhadap anak-anaknya. Bahkan, sekitar satu dari empat mengaku mengaku menggunakan hukuman fisik yang berat.

Survey lain di tiga distrik menunjukkan bahwa hukuman fisik adalah hukuman yang paling lazim dilakukan di 56 persen sekolah yang diwawancarai. Meskipun para guru mengakui dampak buruk dari hukuman fisik, mereka tidak tahu alternatif lain untuk mendisiplinkan murid-murid mereka.

Pelatihan pendekatan Disiplin Positif

Pelatihan Metode pengajaran pendekatan Disiplin Positif adalah kombinasi dari sistem berbasis fakta yang membantu guru-guru mempelajari keahlian baru; dan pendekatan partisipatoris yang memberi kesempatan praktek yang banyak bagi peserta lewat permainan peran dan pemecahan problem bersama tentang bagaimana melakukan perubahan di sekolah mereka.

Modul pengajaran ini terbagi dalam tiga kelompok kurikulum untuk para guru, yaitu: Kelas 1-3, kelas 4-5 dan kelas 7-8. Guru mempelajari 6-langkah yang mudah untuk diikuti, dimulai dari langkah-langkah preventatif untuk kenakalan tingkat rendah, hingga strategi respon untuk kenakalan tingkat tinggi.

UNICEF bekerja sama dengan Professor Helen Cahil, yang dulunya juga seorang guru, dan Sally Beadle dari University of Melbourne untuk mengembangkan modul pelatihan guru yang paling efektif untuk pendekatan ini.

Program pelatihan ini bertujuan untuk membantu anak-anak menjadi lebih bertanggung jawab akan perilaku mereka sendiri. Dengan demikian, guru tidak lagi memaksa mereka untuk berperilaku yang baik, namun memberi mereka penghargaan untuk perilaku yang baik dengan memberi perhatian.

Program ini dimulai pada akhir tahun 2012, dan selama setahun terakhir telah dilakukan empat pelatihan untuk guru-guru di 16 sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Kabupaten Jayapura, Jayawijaya dan Keerom di Papua. Pelatihan terakhir diadakan di Jayapura dan bertepatan dengan peluncuran kampanye global UNICEF, #ENDviolence against Children, di Indonesia.

Pelatihan ini memfokuskan pada pemberantasan tindakan kekerasan untuk mendisiplinkan siswa, termasuk lewat hukuman fisik, melalui praktek-praktek yang menguatkan perilaku positif.

Program pelatihan Positif Disiplin
Program pelatihan Positif Disiplin merupakan bagian dari upaya untuk menghentikan kekerasan terhadap anak dan perempuan di Papua. Pelatihan ini mengajarkan guru berbagai keterampilan dalam disiplin positif sebagai alternatif untuk hukuman fisik. ©UNICEF Indonesia/2013/Esteve.

“Murid-murid dulu takut pada saya: Ketika saya berbicara, mereka menjadi tegang. Sekarang mereka terlihat menikmati kelas saya, karena saya berusaha memotivasi mereka, dan saya mengajar dengan lebih rileks, bahkan dengan bercanda.” ungkap Darius Naki Sogho yang selama 24 tahun mengajar kelas 5  sering menggunakan tangan atau tongkat rotan untuk menghukum murid-muridnya.

Sumber

 

Metode Pengajaran Disiplin Positif – Padamu Negeri

 

Admin Padamu

Mengingat pentingnya pendidikan bagi semua orang, maka Admin Blog Padamu Negeri ingin berbagi pengetahuan dan informasi seputar pendidikan walaupun dengan keterbatasan yang ada.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *