Teknik Pembacaan Karya Sastra

pembacaan karya sastra

Pembacaan karya sastra merupakan kegiatan membaca yang bersifat redeskriptif. Artinya, bunyi ujar atau suara tidak muncul secara sewenang-wenang, tetapi harus mampu menggambarkan isi cerita serta suasana awal yang dipaparkan pengarang dalam teks tertulis. Dengan demikian, dalam membacakan cerita, seorang pembaca dituntut untuk mengetahui dan memahami maksud dan suasana yang dibangun pengarang melalui teks verbal cerita.

Pembacaan cerita merupakan kegiatan membaca sebuah cerita yang dilakukan secara lisan dan langsung di hadapan pendengar cerita atau penonton. Sehubungan dengan hal itu, maka setiap kata memiliki kesanggupan untuk mengekspresikan maksud dan imajinasi pengarang secara estetis.

Kesanggupan kata merupakan penjelmaan perasaan dalam suara.  Apabila perasaan itu dilahirkan dengan suara, maka terjadilah kesanggupan kata. Suara dengan sendirinya akan menjadi jelmaan makna kata. Selanjutnya, suara kata akan terwujud melalui dua aspek, yaitu (1) gerak mulut atau bibir, dan (2) warna suara.

Teknik Pembacaan Sastra

Gerak mulut, berkaitan dengan kualitas suara seperti keras-lemah, cepat-lambat, tinggi-rendah, akan berhubungan dengan perasaan. Kualitas suara sangat ditentukan oleh perasaan yang bersangkutan. Suara orang yang menghina berbeda dengan orang yang jengkel, manja, merayu, dan sebagainya.

Warna suara, yakni setiap kata akan membawa warna yang dapat mewakili kepribadian seseorang. Warna suara juga dapat dihubungkan dengan situasi atau status sosial pada umumnya. Hal itu berkaitan dengan ekspresi yang membawa warna tersendiri.  Misalnya, ekspresi khas pejabat, pengemis, pelayan atau pembantu, ekspresi warna penjahat, dan sebagainya.

Suara keras atau tinggi yang berganti-ganti dengan suara lemah atau rendah mampu menyedapkan pendengaran. Naik-turunnya suara diibaratkan seperti permukaan air yang tertiup angin, kadang-kadang bergelombang atau mengombak, kadang rata, kadang melambat dan kadang cepat.

Perubahan dan pergerakan itulah yang menyebabkan telinga senang mendengarkan. Kegiatan pembacaan cerita pada intinya juga bertujuan untuk menciptakan kesenangan dan keindahan yang bisa dinikmati oleh pendengar atau penonton.

Dalam proses membaca, seorang pembaca berinteraksi dengan teks cerita rekaan (cerkan) dalam sejumlah cara. Dalam hubungan ini, kognisi pembaca memainkan peranan aktif yang berkenaan dengan seluruh lapisan cerkan. Strata bunyi-bunyi kata boleh jadi menjadi nyata (manifest) ketika cerkan itu mulai dibaca secara nyaring, boleh jadi pula melalui bunyi dan konfigurasi bunyi yang didasari  dalam silent reading, yang bisa dilakukan sebelum kegiatan membaca yang sesungguhnya berlangsung.

Para pembaca cerkan harus memiliki kompetensi yang cukup agar mereka bisa mengaktualisasikan porsi kesatuan makna dalam cerkan dengan baik. Yaitu dengan cara berupaya menjembatani kesenjangan-kesenjangan (gaps) yang terdapat dalam struktur temporal teks, yang merupakan dimensi cerkan yang kedua, supaya cerkan dapat dipahami dengan sebaik-baiknya.

Akan tetapi, aktivitas pembaca yang terpenting agaknya lebih berupa tindakan menghilangkan atau memindahkan indeterminasi-indeterminasi, kesenjangan, atau melengkapi aspek skematik teks cerkan yang dibaca secara keseluruhan.

Tindakan ini secara teoretis ini disebut concretization: menciptakan objek estetik berdasarkan artefaknya. Jadi, secara khusus pembaca harus melakukan konkretisasi, melakukan complementing determination: inisiatif yang diambil oleh pembaca untuk mengisi tempat yang menunjukkan indeterminasi.

Glosarium

Estetis: mengandung nilai keindahan, membaca estetis yakni membaca untuk menikmati unsur-unsur keindahan dalam teks cerkan

Redeskriptif: pembacaan yang dilakukan dengan memperhatikan isi pesan dan suasana awal yang diinginkan pengarang, bunyi bacaan (ujaran) tidak muncul secara sembarangan

 

Referensi:

  • Slametmuljana. 1951. Bimbingan Seni Sastra. Jakarta: J.B Wolters.

 

Teknik Pembacaan Karya Sastra

Admin Padamu

Mengingat pentingnya pendidikan bagi semua orang, maka Admin Blog Padamu Negeri ingin berbagi pengetahuan dan informasi seputar pendidikan walaupun dengan keterbatasan yang ada.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *